Minggu, 23 Agustus 2015

Aku Tidak Sinting

Kau yang menjengukku ketika aku duduk lesu di lantai trotoar jalan sudirman
Menghadap dan menatap tong yang penuh berisi surat-surat gadaiku

Dan disitulah tanggung jawabku tumpah pada arloji seiko, sepatu lotto,
kaos oblong
dors, Celana tira, kalung platina dan radio empat ban merk telesonic
Aku tidak sinting..

Kau yang melihatku ketika aku lari dengan kaki kesemutan
Mengejar perempuan malam sudirman
Tinggalkan kau yang nampak bengong disekap angin malam yang membacok tulang

Dan disitulah aku kejar surga semu dari sumia denok, laila majnun,
siti salehah, neneng warsiah, ina sarinah dan rukmini
binti eceng gondok wati.
Aku tidak sinting

Kau yang menyaksikan ketika aku mabuk dan ngecapruk hingga hampir
disergap petugas pertahanan sipil, lantaran saban
waktu lupa diri berteriak pidato seperti Kenedy atau presiden Regent
yang kampanye

Dan disitulah dendamku tumbuh subur pada Jhoni Walker, ekspoji enbi,
napoleon, martini putaw, manson columbus dan arak
tradisional kencing kuda..
Aku tidak sinting

Kau yang menangis terisak ketika aku dikandangi di sel polresta,
lantaran kelakuanku dituduh mengganggu kamtibmas
Serta ketika mabuk aku pernah menampar seorang perempuan setengah tua
Yang demi Tuhan aku tak mengira kalau dia istri perwira polisi..
Aku tidak sinting, tetapi celaka
Apalagi sinting pasti akan lebih celaka

Aku tidak sinting, tetapi celaka
Apalagi sinting pasti akan lebih celaka

Cipt: Doel Sumbang

1 komentar: